Minggu, 13 November 2011

Cara menghitung Resistor

Cara menghitung nilai Resistor


Nah frens, untuk ngitung berapa nilai transistor cuma dengan ngeliat aja, caranya gampang kok. First of All, coba kamu perhatiin and pahamin table acuan di bawah ini (kalo kamu bingung, cepetan pegangan kaki meja…). Di table itu dijelasin nilai pita berwarna yang ada di badan resistor.
Ada beberapa gaya transistor dalam berpita, ada yang pake 4 pita, ada juga yang pake 5 pita, and yang terakhir pake 6 pita (mungkin mereka kakak beradik ya, buktinya mereka pake pita jumlahnya berurutan, mulai dari 4, 5, and 6. Yang pake pita 6, kemungkinan besar adalah adik terkecil…).
Next, Ladies and Gantlemen, marikan kita saksilah…….tabel di bawah ini….(Jreng Jreng…)
Oentoek lebih jelasnya, kita latihan bareng yuks…
1. Resistor 1
Kalo resistor di atas berapa nilai nya hayo????? (saya hitung ampe 5 ya, 1….2….3….4….5…., wah kelamaaaaaaaaaaaaaaan, nih dikasih tau caranya deh…)
Pita ke-1 = MERAH = 2 (Nilai digit ke-2)
Pita ke-2 = COKLAT = 1 (Nilai digit ke-1)
Pita ke-3 = KUNING = 1K = 1000 (Faktor Pengali)
Pita ke-4 = HIJAU = 0,5 % (Toleransi)
So, Jawabannnya adalah…..    21 x 1000 ± 0,5% = 21.000 ± 0,5%
R maks = 21.000  + (0,5% x 21.000) = 21.105 Ω
R min = 21.000 – (0,5% x 21.000) = 20.895 Ω
Udah tau kan bro, gimana caranya ngitung nilai resistor. Kita latihan lagi yukz…
2. Selanjutnya, kita akan coba ngitung bareng resistor dengan 5 pita. Oce…
Resistor 4 pita diatas, berapa nilainya hayo???? (yah…beginian sih nggak ada apa2nya…)
Pita ke-1 = HIJAU = 5 (Nilai digit ke-2)
Pita ke-2 = HITAM = 0 (Nilai digit ke-1)
Pita ke-3 = KUNING= 4 (Nilai digit ke-3)
Pita ke-4 = MERAH = 100 (Faktor Pengali)
Pita ke-5 = EMAS = 5% (Toleransi)
Ya sebenernya, kalo kamu udah hafal sampe di luar kepala (asal jangan sampe lari aja), ga di uraikan diatas juga ga apa2 kok
Jadinya…
504 x 100 ± 5% = 50.400 ± 5%
R maks = 50.400 + (5% x 50.400) = 52.920 Ω
R min = 50.400 – (5% x 50.400) = 47.880 Ω
3. Yang 4 pita udah, yang 5 pita juga udah, terakhir yang 6 pita nih.
Langsung kita itung aja dah cuy…
Pita ke-1 = UNGU = 7 (Nilai digit ke-2)
Pita ke-2 = HIJAU = 5 (Nilai digit ke-1)
Pita ke-3 = KUNING= 4 (Nilai digit ke-3)
Pita ke-4 = COKLAT = 10 (Faktor Pengali)
Pita ke-5 = COKLAT = 1% (Toleransi)
Pita ke-6 = MERAH = 50 ppm (Koefisien temperatur)
Hasilnye jadinye bigini…
754 x 10 ± 1% = 50.400 ± 5%, 50 ppm
R maks = 7.540 + (1% x 7.540) = 7.615,4 Ω
R min = 7.540  - (1% x 7.540) = 7464,6 Ω
Dengan koefisien temperature 50 ppm.
Begitulah ilmu menghitung nilai transistor dengan menggunakan kedua bola mata. Pakailah ilmu ini untuk kesejahteraan manusia. Jangan sampai ilmu ini jatuh ke tangan yang salah…
Gunakanlah ilmu ini untuk membangun Negri. Indonesia tercinta. “Teknologi membangun negri!!!”

Cara ukur TransiStor


1. Transistor Jenis NPN

a. Arahkan Saklar ke posisi Ω x 100

b. Hubungkan Kabel Multimeter pencolok hitam pada basis dan merah pada kolektor, jarum harus menyimpang ke kanan. Bila pencolok merah dipindah ke emitor, jarum harus ke kanan lagi. Hubungkan pencolok merah pada basis dan pencolok hitam pada kolektor. jarum seharusnya tidak menyimpang dan jika pencolok hitam dipindah ke emitor, jarum juga harus tidak menyimpang.

c. Arahkan saklar pada 1k.

d. Hubungkan pencolok hitam pada kaki kolektor dan merah pada kaki emitor, jarum harus sedikit menyimpang ke kanan . Jika dibalik jarum tidak harus menyimpang. Jika salah satu peristiwa tersebut tidak terjadi, kemungkinan transistor rusak.

2. Transistor Jenis PNP

a. Arahkan Saklar ke posisi  Ω x 100.

b. Hubungkan kabel ke multimeter pencolok merah pada basis dan hitam pada kolektor, jarum harus mernyimpang ke kanan. Bila pencolok merah dipindah ke emitor, jarum harus ke kanan lagi. hubungkan pencolok merah pada basis dan pencolok hitam pada koleketor. Jarum seharusnya tidak menyimpang dan jika pencolok hitam dipindah ke emitor, jarum juga harus tidak menyimpang.

c. cara diatas juga dapat digunakan untuk mengetahui mana kaki basis, kolektor, dan emitor suatu trasnsistor.

d. arahkan ke VDC untuk memperkirakan bahan trasnsistor pengujian dapat dilakukan pada kaki basis dan emitor, jika voltase yang idhasilkan 0,2 volt, kemungkinan dari bahan germanium, jika nilai voltase 0,6 Volt, kemungkinan dari bahan silicon

3. Menguji Transisitor Jenis FET

cara menguji trasnsistor jenis FED sebagai berikut:
1. Arahkan saklar ke posisi Ω x 100.

2. Hubungkan kabel multimeter pencolok hitam pada source dan merah pada gate. Jika jarum menyimpang, jenis FET adalah kanal P dan jika tidak FET adalah kanal N.

3. Arahkan saklar pada x1k atau x10k, potensio harus minimum dan resistansi harus kecil,. Jika potensio diputar ke kanan, resistance harus tak terhingga. Jika peristiwa ini tidak terjadi, kemungkinan FET rusak.

4. Menguji Transistor Jenis UJT (Uni junktion Transistor)

cara kerja UJT sama seperti switch, jika masih bisa on - off , berarti trasnsistor tersebut masih baik. berikut langkah langkah pengujian trasnsistor jenis UJT.

1. Arahkan saklar pada 10VDC dan potensio pada minimum, tegangan harus kecil.

2. Setalah potensio di putar, pelan pelan maka akan naik sampai posisi tertentu. Jika jarum diputar pelan - pelan ke arah minimum lagi dan pada posisi tertentu, jarum akan bergerak ke kiri. jika putaran potensio diteruskan sampai minimum, jarum akan tetap diam. Jika peristiwa tersebut terjadi , berarti komponen UJT tersebut masih baik.

Sabtu, 05 November 2011

KENALAN DAN TAU FUNGSI KNOP DARI MIXSER

  Dalam dunia Audio profesional, sebuah mixing console, apakah itu analog maupun digital, atau juga disebut soundboard / mixing desk (papan suara) adalah sebuah peralatan elektronik yang berfungsi memadukan (lebih populer dengan istilah “mixing”), pengaturan jalur (routing) dan merubah level, serta harmonisasi dinamis dari sinyal audio. Siynal – sinyal yang telah dirubah dan diatur kemudian dikuatkan oleh penguat akhir atau power amplifier.
Audio mixer secara luas digunakan dalam berbagai keperluan, termasuk studio rekaman, sistem panggilan publik (public address), sistem penguatan bunyi, dunia penyiaran baik radio maupun televisi, dan juga pasca produksi pembuatan film. Suatu contoh yang penerapan sederhana, dalam suatu pertunjukan musik misalnya, sangatlah tidak efisien jika kita menggunakan masing masing amplifier untuk menguatkan setiap bagian baik suara vokal penyanyi dan alat alat musik yang dimainkan oleh band pengiringnya. Disini Audio mixer akan menjadi bagian penting sebagai titik pengumpul dari masing masing mikropon yang terpasang, mengatur besarnya level suara sehingga keseimbangan level bunyi baik dari vokal maupun musik akan dapat dicapai sebelum diperkuat oleh amplifier.
Mixer adalah salah satu perangkat paling populer setelah microphone. Kita lebih mengenalnya dengan sebutan mixer, mungkin kebanyakan kita menyebutnya demikian karena fungsinya yang memang mencampur segala suara yang masuk, kemudian men-seimbangkannya, menjadikannya dua (L-R kalau stereo, dan satu kalau mono), kemudian mengirimkannya ke cross-over baru ke power amplifier dan akhirnya ke speaker.
Mixing console menerima berbagai sumber suara. Bisa dari microphone, alat musik, CD player, tape deck, atau DAT. Dari sini dengan mudah dapat dilakukan pengaturan level masukan dan keluaran mulai dari yang sangat lembut sampai keras. Kalau kita misalkan sebuah system audio iu umpamakan sebagai tubuh manusia, snake cable bisa kita umpamakan sebagai system syaraf, dan mixing console sebagai jantungnya. Bila terjadi suatu masalah dengannya, berarti system tersebut sedang dalam masalah besar. Salah satu syarat terpenting dalam mixing console yang baik adalah mempunyai input gain yang baik, pengaturan eq yang juga baik. Maka dengan demikian akan dapat dilakukan pengaturan yang lebih sempurna dan optimal terhadap setiap input microphone, atau apapun yang menjadi sumber suaranya. Ada banyak tipikal pengaturan yang terdapat dalam sebuah mixing console.
Menu Umum Pada Mixer

Gain
Disebut juga input level atau trim, biasa terdapat pada urutan paling atas dari setiap channel mixing console. Fungsinya adalah untuk menentukan seberapa sensitive input yang kita inginkan diterima oleh console. Apakah berupa signal mic atau berupa signal line (keyboard, tape deck, dll). Tombol ini akan sangat membantu untuk mengatur signal yang akan masuk ke console. Bila signal lemah, maka dapat dilakukan penambahan, bila terlalu kuat dapat dikurangi.
Contoh : untuk penyanyi yang suaranya lemah atau tidak meiliki power yang baik, diperlukan penambahan gain yang lebih. Sedangkan untuk gebukan kick drum, mungkin dilakukan dengan sedikit penambahan. Ini dilakukan agar menjaga setiap input yang masuk ke mixer tetap optimal. Input gain yang terlalu besar akan menyebabkan distorsi, sedangkan kalau terlalu lemah akan membutuhkan penambahan yang bila berlebihan akan menyebabkan noise.
Jadi input gain stage adalah hal yang paling penting dan kritis, karena dari sinilah semua suara yang berkualitas dimulai. Makanya usahakanlah untuk menjaga agar setiap input tetap clean dan clear sebisa mungkin. Sebab noise dan distorsi yang diakibatkan dalam poin ini akan mengalir terus ke seluruh system dan membuat seluruhnya jadi terganggu. Bila ternyata input gain sangat besar atau bahkan terlalu besar sehigga setelah dikurangi juga masih saja terlalu kuat, maka untuk itu terdapat switch PAD pada console yang fungsinya adalah untuk menurunkan gain input signal mulai –20 sampai –30 db.

EQ pada channel
Pada setiap channel di mixing console selalu terdapat Equalizer Section. Fungsinya yaitu sebagai pengatur tone untuk me-modifikasi suara yang masuk pada channel tersebut. Umumnya sound engineer melakukan perubahan sound melalui EQ bertujuan dua :
untuk merubah sound instrument menjadi sound yang lebih disukai
untuk mengatasi frekuensi dari input yang bermasalah, misalnya feedback, dengung, overtune, dll.
Pengaturan yang sangat mendasar dari EQ adalah berupa Low dan Hi, kemudian penambahan dan pengurangan (boost/cut). Atau ada juga yang lebih kompleks dengan 4 jalur dengan fungsi yang full parametric. Namun tak perduli seperti apa tipe EQ yang terdapat dalam console, karena tetap dalam tujuan yang sama untuk membantu menemukan sound yang terbaik.

EQ yang fix
Yang dimaksud fix diatas adalah pada EQ tersebut tidak memiliki tombol untuk mmilih frekuensi yang akan disetting. Karena frekuensi yang akan “dikerjai” telah ditetapkan dari pabrik. Pembagian frekuensi pada EQ jenis ini mirip denga pembagian yang terdapat pada crossover, hanya terdiri atas :
Low, dan hi-pada EQ 2way
Low, Mid dan Hi-pada EQ 3way
Low, Low Mid, Hi mid dan Hi-pada EQ 4 way
Memutar tombol boost/cut akan memberi pengaruh sampai 12 atau 15 db tergantung mixing console apa yang anda gunakan. Keuntungan EQ yang fix adalah :
Harga yang relatif ekonomis,
Terhindar dari kesalahan pmilihanfrekuensi yang akan disetting, kesalahan seperti ini bisa disebabkan oleh sound engineer (penata suara) yang kurang berpengalam.
keuntungan yang terakhir adalah hemat waktu dalam pen-settingan.
Namun ada juga kekurangannya seperti kita tidak dapat memilih frekuensi khusus yang kita inginkan karena semua frekuensi telah ditetapkan dari pabriknya.

Sweepable EQ
Biasa disebut Quasi Parametric atau Semi Parametric (bukan full parametric-karena tanpa pengatur bandwitch). Pada EQ yang full parametric kita dapat melakukan pengaturan untuk setiap parameternya. Apakah itu parameter frekuensi, bandwitch, ataupun parameter level. EQ tipe ini mempunyai kemampuan set-up yang sangat fleksibel, dan biasanya menyediakan pengontrolan mid-range dengan system EQ-3 atau 4 jalur.
Cara kerja : 
Lakukan pemutaran pada tombol freq untuk memilih freq yang akan diatur.
Putar tombol boost/cut untuk penambahan atau pengurangan pada frekuensi yang kita pilih tadi. Misalnya untuk mengatur frekuensi low mid pada drum.
Biarkan frekuensi lain tetap pada sound flat.
Putar tombol boost/cut sampai habis ke kiri, atau pada posisi kira-kira jam 7.
Putar tombol frekuensi sampai sound yang terdengar boomy tadi terdengar hilang.
Setelah frekuensi yang dicari ketemu, lakukan pengaturan lagi pada tombol boost/cut. Karena melakukan pemotongan yang terlalu ekstrm pada frekuensi low mid bisa mengakibatkan sound yang terdengar “kosong”.
Kita juga dapat melakukan pengaturan untuk vokal pada frekuensi 3,5KHz saja tanpa mempengaruhi keseluruhan frekuensi Hi Mid lainnya. Mixing console dengan pengaturan mid tunggal biasanya bisa dibeli dengan harga yang lebih ekonomis, sementara mixing console versi lain yang dilengkapi dengan pengaturan Low Mid dan Hi Mid agak lebih mahal.
Ada juga model pengaturan Eq dengan tombol Mid yang sebenarnya sama saja dengan tipe sebelumnya. Hanya saja tombol pemilih frekuensi dan tombol cut/boost berada dalam satu tempat. Untuk frekuensi diatur oleh tombol yang sebelah luar, sedang untuk boost atau cut dilakukan oleh tombol sebelah dalam. Tipe ini juga sering terdapat pada mixing console yang full parametric Eq dengan system 4 way. Desain seperti ini dilakukan oleh pabrik pembuatnya karena alasan menghemat tempat. Desain sebuah mixing console juga merupakan suatu hal yang penting dan menentukan.
Pengaturan lainnya pada channel

48v Phantom
Ada beberapa tipe microphone yang salah satunya adalah merupakan mic condeser, mic jenis ini butuh tenaga tambahan untuk membuatnya bekerja. Untuk itulah tombol 48v phantom berfungsi yang bila diaktifkan akan mengirim 48v DV ke microphone sebagai penyuplai tenaga, atau juga ke DI Box aktif. Perhatikanlah baik-baik, karena pada beberapa mixing console tidak terdapat switch phantom secara individual, melainkan hanya terdapat satu tombol saja untuk mengaktifkan phantom bagi seluruh channel, maka periksalah terlebih dahulu, bila semua kabel yang terkonek ke konsole adalah merupakan input balance, ini tidak akan menimbulkan masalah. Tetapi bila salah satu atau beberapa diantaranya merupakan tidak balance, maka ini akan menimbulkan masalah.

PAD
Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, tombol ini berfungsi untuk mengurangi gain input dari 20 samapi 30db. Tombol ini bukan merupakan tombol putar yang bisa diatur pengurangannya, melainkan tombol tekan. Bila tombol PAD ditekan gain input akan berkurang antara 20 sampai 30db tergantung mixer (baca:manual booknya). Dan bila anda kurang teliti, ini akan menyebabkan mic jadi tidak terdengar karena pengurangan tersebut. Jadi tombol PAD diperlukan hanya untuk signal yang overload. Dan itupun bila setelah dikurangi pada tombol gain ternyata masih tetap terlalu kuat.

Reverse
Adalah untuk membalikan phase. Pada setiap masukan selalu terdiri minimal lebih dari satu sambungan. Misalnya microphone yang dengan konektor XLR pasti terdapat tiga pin (pin1-ground, pin2-hot/positif, pin3 cold/negatif). Bila salh satu pin terbalik (pin2 dan pin3), maka suara yang dihasilkan akan berbeda. Ini sangat terasa bila terjadi pada channel kick drum. Yang kalau pin berada pada posisi benar, maka pada saat kick dihentak, konus speaker akan bergerak kedepan dan menghembuskan udara ke arah anda bukannya ke belakang. Sedang kalau pin terbalik, konus akan bergerak ke belakang dan menghisap udara dari arah anda.
Untuk itulah tombol reverse berguna, yang bila diaktifkan akan membalik phase dari channel (positif menjadi negatif). Ini juga berguna untuk kasus dua buah mic dengan posisi sangat berdekatan sehingga terjadi canceling phase, yang akan mengakibatkan sound terdengar hampa (dengan kehilangan suara rendahnya). Hal ini sering terjadi bila anda tidak teliti terhadap semua plus minusnya kabel. Dan jangan cepat panik bila saat anda setting disuatu tempat, anda mendengar nada rendah yang terlihat loyo, bisa terjadi dikarenakan keterbalikan phase tersebut.
Contoh sederhana : hubungkan output dari cd player ke mixing console dan dengarkan suaranya dengan seksama. Kemudian tekanlah tombol reverse dari salah satu channel. Dengarkan lagi suaranya, pasti salah satunya lebih baik.

Mic/line
Switch tekan ini untuk merubah sirkit gain control. Tergantung apakah yang menjadi input adalah mic, effect return atau tape deck/CD. Pada banyak mixing console terdapat terminal input yang terpisah antara mic dan line input pada channel yang sama. Input mic biasanya menggunakan tipe konektor balans 3 pin XLR atau kadang biasa disebut jack Canon. Sedangkan line input menggunakan jack seperti yang biasa dipakai jack gitar.
Hal ini memungkinkan untuk mencolokkan dua input yang berbeda dalam satu channel, dan switch ini untuk mengaktifkan salah satu input yang kita inginkan diantara keduanya. Sebagai contoh, anda dapat mencolokkan effect return dngan gain yang diset rendah pada mic input kemudian mencolokkan lagi tape deck pada line input channel yang sama. Pada saat band sedang show dan tape deck tidak dibutuhkan, anda tinggal men-switch tombol tersebut pada posisi mic. Kemudian pada saat band telah selesai dan butuh playback musik dari tape deck/CD, anda juga tinggal men-switchnya pada posisi line. Ini bisa dilakukan untuk menghemat channel, khususnya apabila console yang digunakan tidak terlalu besar.

High Pass filter
Akan memotong frekuensi rendah dari input yaitu dari 80 Hz ke bawah. Ini dapat diaktifkan (IN) bila dari sumber suara tidak memproduksi suara dengan jangkauan frekuensi serendah itu. Misalnya Hi-Hat, vokal, gitar (khususnya akustik). Namun tidak perlu diaktifkan (OUT) terhadap channel drum (kick dan beberapa tom) dan bass gitar. Karena bila diaktifkan akan mengakibatkan channel tersebut kehilangan frekuensi rendahnya.

EQ In/Out
Merupakan switch sederhana untuk mengaktifkan dan menon-aktifkan section EQ pada channel. Juga berguna untuk membandingkan sound yang telah diEQ hanya dengan menekan tombol tersebut bolak-balik.

Group Assigns
Disebut juga Subgroup Assigns, hanya terdapat pada mixing console yang memiliki group. Misalkan pada mixing console tersebut tertulis 16/2 berarti 16 channel 2 output (L/R). Ini menunjukkan bahwa mixing console tersebut tidak memiliki group. Namun bila tertulis 16/4/2, ini berarti mixing console tersebut memiliki 16 channel, 4 group dan 2 master L/R. Group assigns adalah yang menentukan kemana signal channel akan dikirim. Apakah ke group atau ke master L/R. Misalnya dalam sebuah mixing console yang memiliki 4 group, kita dapat mengirim semua channel drum ke group 1, gitar dan bas ke group 2, keyboard ke group 3 dan vokal ke group 4. Sedangkan bila tersedia 8 group, kita dapat melakukan hal yang sama namun semuanya dalam stereo. Yang kemudian seluruhnya dikirim ke master L/R. Mungkin akan timbul pertanyaan, sepertinya ini tidak begitu berarti, karena akhirnya seluruhnya dikirim juga ke master L/R. Bukankah lebih baik mengatur langsung dari master? Tapi dalam kenyataannya tidak begitu. Misalnya pada saat soundcheck kita telah membalans dan menyeimbangkan seluruh channel dan kemudian kita gabungkan dengan bass gitar dalam group 1-2. Pada saat pertunjukan sedang berlangsun, kita hanya perlu mengawasi group 1-2 saja untuk mengontrol level keseluruhan channel drum dan bass. Begitu juga dengan backing vokal atau instrument yang kita gabungkan dalam group yang sama. Sebagian besar group assigns juga dilengkapi dengan pan control individual.
Menggunakan group akan sangat membantu kita mengoperasikan system pada penampilan live. Signal dari channel dapat dikirim ke group mana yang kita mau atau juga dikirim ke master. Misalnya kita kirim channel penyanyi utama ke master L/R sedang channel dari backing vokal ke group yang kemudian di-insert gate hanya untuk group tersebut. Dan masih banyak kemungkinan lain.

PFL dan SOLO
Tombol PFL (Pre Fade Listening) akan membantu untuk mendengar (melalui headphone) channel yang tombol PFL / SOLOnya diaktifkan. Juga untuk men-check gain signal pada channel. Misalnya pada saat soundcheck, sebelum membuka fader dari channel, tekan tombol PFL, maka pada led indikator channel akan terlihat seberapa besar gain input yang masuk (apakah overload atau terlalu kecil) sebelum suara dikirim ke seluruh system.
Pada beberapa tipe mixing console terdapat hanya tombol SOLO yang berguna pada saat soundcheck dan berfungsi untuk mengirim hanya channel yang ditekan tombol solonya ke master L/R. Ingat! Pastikan tombol ini dalam posisi out sebelum band mulai bermain. Atau ini akan menjadi hal yang sangat memalukan.

Auxiliary Sends
Dari tombol putar ini dapat dikirim signal dari channel tersebut keluar mixing console (melalui terminal aux out pada terminal keluaran di panel belakang mixer), kemudian dari tombol ini juga dapat dikontrol level signal yang dikirimnya tadi. Signal yang dikirim ini terpisah sama sekali dari keluaran master. Ini berguna untuk mengirim signal ke system monitor, atau juga ke berbagai macam unit effec, dan dari keluaran effect dikirim lagi ke channel yang berbeda pada mixing console. Mixer yang pling sederhana sekalipun sedikitnya memiliki satu atau dua AUX SEND. Satu untuk mengirim signal ke monitor dan satu untuk mengrim effect (echo, reverb). Sedang pada mixing console yang lebih besar memiliki 4-6 atau 8 aux send yang kemudian dibagi lagi atas Pre Fade atau Post Fade.

Pre Fade
Pada mixer besar umumnya terdapat auxiliary yang terbagi atas pre fade dan atau post fade. Signal yang dikirim dari Pre fade tidak mengalami pengaruh dari channel atau belum mengalami proses dari channel. Itulah makanya Pre fade yang Pre EQ baik dan ideal digunakan untuk mengirim signal ke monitor

Post Fade
Adalah kebalikan dari pre fade. Yang semua signal yang dikirim melalui post fade adalah telah melalui proses dari channel atau ikut pengaruh dari channel fader, baik EQ maupun levlnya. Post fade sering digunakan untuk mengirim signal ke effect, atau mengirim signal ke mixer yang tepisah untuk keperluan broadcast (Stasiun TV atau Radio), dll. Tidak ada keterikatan dalam pemilihan penggunaan Auxiliary Send. Bisa saja menggunakan Pre fade untuk mengirim signal ke effect karena akan mendapatkan level original dariminput. Hanya saja tetap harus melakukan pengontrolan level dari effect pada saat yang bersamaan.

Auxiliary Master
Setiap auxiliary dari channel memiliki satu tombol lagi sebagai pengatur level untuk keseluruhannya. Misalnya aux 1 setiap channel memiliki master aux 1 untuk mengatur seluruh level dari aux 1 setiap channel. Begitu juga auxiliary lainnya. Yang berarti bila mixer meiliki 4 auxiliary out, maka akan terdapat 4 auxiliary master. Perhatikan beberapa tombol sejenis seperti Aux Master, Effect Master, Monitor Master, atau sesuatu yang kurang lebih adalah berfungsi sama. Untuk pen-settingan awal putar tombol tersebut pada posisi jam 2, baru lakukan pen-settingan pada channel. Bila ternyata masih kurang kuat, tambah lagi, atau bila terlalu keras, kurangi. Semuanya tergantung situasi.

Auxiliary Return
Signal yang telah dikirim melalui auxiliary out ke unit effect apakah Delay, Reverb atau lainnya akan dikirim kembali ke mixing console untuk digabungkan dan diseimbangkan secara tepat dengan level dari signal orisinil source tadi. Walupun cukup banyak juga mixing console yang memiliki pengaturan effect return secara khusus. Yang biasanya bukan dalam bentuk slider (potensio geser). Bila memang masih terdapat channel yang dapat digunakan sebagai masukan effect, kita dapat melakukan pegaturan sengan slider yang lebih memudahkan seperti melakukan pengaturan pada channel standard. Namun pengaturan dengan aux return juga sama seperti yang kita lakukan pada channel, hanya dengan memutar ke arah kanan dan kiri untuk menambah dan mengurangi level effect. Perhatikan! Bila anda membuka sedikit saja Aux Send dari channel yang telah digunakan sebagai effect return, akan berakibat feed back dan noise. Atasi segera dengan menurunkan level dari channel, kemudian periksa Aux Send pada channel.

Tampak Belakang
Adalah menjadi salah satu yang sangat-sangat penting untuk dipehatikan. Karena disinilah seluruh kabel (baik input maupun output) terhubung. Termasuk dari snake kabel, tape deck/CD, atau juga untuk mengirim atau mnerima effect (send/return), sampai ke main output (untuk mengirim ke seluruh system utama).Berbeda tipe dan merk mixing console akan berbeda pula posisi panel belakangnya (yang kalau anda teliti pasti tidak akan terlalu membingungkan). Untuk setiap cahnnel terdapat terminal masukan mic yang biasanya terdiri dari konektor XLR. Namun ada lagi beberapa lainnya sebagai berikut :

Line input
Masukan selain masukan mic, namun terpisah (biasanya dengan jack gitar balance/TRS).

Insert
Digunakan untuk mengolah signal melalui effect seperti Gate, Compressor atau EQ hanya untuk channel yang diinsert saja, berfungsi bila kita ingin menggunakan effect atau apapun untuk memproses hanya satu channel saja yang kita inginkan. Karena insert adalah jalur untuk mengalirkan dan menerima kembali signal yang telah diproses oleh effect atau perangkat apapun. Bila terdapat dua berarti satu untuk masukan (IN) dan satu untuk keluaran (OUT) yang selalu diberi tanda untuk tulisan Insert In dan Insert Out, bila terdapat hanya satu, ini pasti terdiri dari jack balance TRS (Tip Ring Slave). Tip adalah sebagai IN, Ring adalah sebagai OUT, dan Slave adalah sebagai GROUND. Selain itu juga terdapat line out atau direct out tersendiri, yang sering digunakan untuk aplikasi rekaman per-track, ini bisa saja Pre Fade atau Post Fade, tergantung consolenya.
Pada section master terdapat beberapa terminal lagi seperti : Auxiliary Out yang biasa tertulis Aux snd 1, Aux send 2, dst. Atau juga dengan nama Effect Out, Monitor Out, tergantung apa yang tertulis pada tombol-tombol panel pengontrolnya. Setiap group mempunyai kluaran masing-masing dan selalu dilengkapi dengan insert group. Insert Group bisa digunakan bila kita hanya ingin memproses signal di goup tersebut. Misalnya semua channel vokal dikiim ke group 1, kemudian kita men-insert compressor hanya untuk group satu yang berisi vokal. Banyak console yang didalamnya terdapat power supply. Tapi banyak juga yang menggunakan power supply terpisah, menggunakan multi pin yang terkoneksi ke console. Perhatikan voltase yang dibutuhkan untuk menyalakannya sebelum mencolokkan k listrik. Terminal keluaran untuk Master kanan dan kiri terdiri dari konektor XLR atau jack. Namun juga tidak jarang terdiri dari keduanya. Selain itu juga terdapat keluaran mono yang terpisah adalah penggabungan dari keluaran (kiri/kanan) yang juga dilengkapi dengan pengontrolan sendiri. Mungkin akan terdapat banyak sekali terminal pada panel belakangnya.

Jalur masukan (input) biasanya dibagi menjadi beberapa bagian
Input Jacks / penguat muka mikropon (Microphone preamps)
Basic input controls
Channel EQ (High, Mid high,Mid and low)
Bagian Routing termasuk Direct Outs, Aux-sends, Panning Control and pengalamatan Subgroup
Input Faders
Subgroup faders
Output controls termasuk Master level controls, EQ dan/atau Matrix routing
Pada konsul mixer buatan yamaha di samping beberapa bagian tersebut diberi kode-kode warna untuk memudahkan identifikasi yang cepat oleh operator.
Tergantung dari jenis mixernya, apakah itu input mono atau stereo memiliki jalur input dengan pengaturan sendiri-sendiri pada setiap inputnya. Pada sebagian besar mixer, setiap kanal mempunyai jenis input XLR,RCA, atau Jack input ukuran 1/4 inci.

Basic input controls
Dibawah setiap inputnya, biasanya terdapat beberapa pengatur putar (knobs, pots). Pertama biasanya sebuah pengatur gain atau disebut trim. Input akan mengatur sinyal dari peralatan luar dan dan kontrol ini akan mengatur besarnya penguatan atau atenuasi sinyal yang diperlukan agar level sinyalnya memadai untuk proses selanjutnya. Pada langkah ini, dimana sebagian besar noise dan interferensi akan berpengaruh besar, dimana biasanya mikropon mempunyai gangguan kurang lebih +50 dB. Balanced inputs dan konektor-konektor, seperti jenis XLR ,Tip-Ring-Sleeve (TRS), jack 1/4 inci, akan mengurangi masalah gangguan ini. Kemudian akan banyak titik masuk setelah tingkat buffer/gain tersebut, dimana jika ada send atau return dari prosesor luar hanya akan berpengaruh pada kanal yang ada tersebut. titik masukan (inser points) biasanya digunakan dengan efek untuk mengatur amplitudo sinyal, seperti pembatas derau (noise gates), pelebar (expander) dan pengompres (compressor).

Auxiliary send routings
The Auxiliary send mengarahkan sebuah sinyal yang masuk terpisah ke sebuah jalur auxiliary yang dapat digunakan dengan peralatan luar. . Auxiliary sends , apakah itu pre-fader or post-fader,dimana level pada sebuah pre-fade send diatur dengan the Auxiliary send control, sedangkan post-fade sends tergantung pada posisi channel fadernya. .Auxiliary sendsdapat pula untuk mengirim sinyal ke prosesor luar seperti reverb, yang kemudian dapat diumpan masukkan kembali melalui kanal yang lain atau dimasukkan ke auxiliary returns yang ada pada mixer tersebut. Pre-fade auxiliary sends dapat digunakan untuk menyediakan sebuah monitor mix pada musisi diatas panggung, dimana pada monitor mix ini mandiri dari jalur mixing utama.

Channel EQ
Pengaturan kanal yang lebih lanjut yaitu channel EQ. Pengaturan ini mengatur ekualisasi nada-nada frekuensi nada rendah (bass), nada menengah (midrange) dan nada tinggi (treble). Pada sebagian besar konsul mixing berukuran lebar (24 kanal atau lebih) biasanya mempunyai sweep equalization dalam satu atau lebih jalur frekuensi yang ada yang disebut Parametrick Equalizer. Mixer dengan ukuran lebih kecil mempunyai beberapa atau bahkan tidak mempunyai sama sekali equalizer ini. Equalizer juga mengatur agar level frekuensi siara yang diatur tidak terjadi cliping yang akan mengganggu kualitas suara yang dihasilkan kanal tersebut. beberapa mixer masih mempunyai sebuah kontrol equalizer umum pada tingkat outputnya.

Subgroup and mix routing
Setiap kanal pada mixer mempunyai sebuah rotary audio tapper berbentuk potensiometer atau potensio meter geser untuk mengontrol level volume tiap kanal agar lebih mudah. Banyaknya input menentukan juga berapa audio fader yang ada. Kemudian dari setiap kanal yang ada disatukan ke jalur main “mix”, atau masih dibagi lagi ke beberapa submix. Kompleksitas pengaturan ini tergantung pada aplikasi apa mixer tersebut akan digunakan. Dan juga, pada mixer tersebut disediakan “insert point” untuk setiap bus atau juga bisa pada keseluruhan mix.

Semoga bisa bermanfaat buat teman semua:...........

Jumat, 04 November 2011

Setting Crossover

Yuk bahas Crossover 
misalnya ambil antara tweeter ama woofer , atau full range ama subwoofer, atau woofer ama woofer "penting beda ukuran dehc" Karena bahasannya luas banget .. x-over itu kan nentukan 30-50% dari satu speaker ... sama aja ini pertanyaan gimana cara buat speaker..? ya 30-50% jawabannya nerangin tentang. x-over nya. Enak dibahas pake contoh mas ...
Misal :
Full Range 3 way passive :LF 1x15",MF 2x8",HF 3x1"
Crossover nya :LF 30-220Hz -24db/oct,MF 220-2,5kh-24db/oct HF 2,5khz -24db/oct. Sub Woofer 2x18"
bgaimana kita menentukan titik perpotongannya,Slope & ordenya
apakah benar 24db/oct...itu Orde yg ke 4 : LR24,BW24,Bessel24...??

Oke, pertama slope dulu yuk. Slope itu biasanya identik dengan keamanan driver terutama pada input tinggi. Semakin tinggi slope nya, makin aman drivernya (untuk high pass), terutama pada tweeter. It pertama. Jadi kalau sampeyan tahu ini bakal beroperasi dengan input tinggi, aku kira 18dB/oct itu minimum. 24dB/oct atau 36dB/oct jelas aman.

Selain itu, gimana dengan susunan driver nya? Apakah time aligned atau tidak. Kalau time aligned, biasanya slope 18dB/oct atau lebih rendah (12dB atau 6dB) itu asik2 aja ... slope rendah biasanya pergeseran fasenya ngga banyak jadi lebih nendang dikit. Cuma kalau ada masalah time aligned, ini biasanya ngga doyan ama orde rendah xover, maunya orde tinggi.

Makin tinggi orde xover, makin rumit dibuat, dan makin mahal juga. Jadi aku kira sesuaikan kebutuhan dulu.

Kalau tipenya, Butterworth, Linkwitz, Cheby, atau Bessel, aku lebih suka dengerin pake kuping. Bahkan kalau terjadi masalah time aligned, bisa2 ntar hasil akhirnya low pass woofer pake BU24, tapi HPF tweeter pake LR12.... itu mungkin aja terjadi.


BTW, pengukuran mutlak diperlukan kalau udah ngomongin ttg. masalah teknikal gini. Masalah xover point nya apakah ada cancellation atau peak, aku sangat sarankan untuk di ukur. RTA oke, FFT oke, TDS oke ... apa aja deh.

Titik potong pada freq berapa ini agak rumit kalau mau dijelaskan disini. Udah aku rencanakan di buku ku ke-2 yang sedang aku ketik. Ini ngga bisa aku jabarkan banyak disni karena rumit. Mungkin ada rekan2 disini yang bisa jelaskan dengan cara mereka, tapi yang jelas caraku agak rumit karena hal kecil ini ternyata ngga se-sepele yang kita pikir.

Tidak perlu dimengerti semua artikelnya.. tapi memahami dimana speaker tersebut bekerja dengan optimal. Oke .. kita semua tahu kalau woofer ditempatkan di box, itu akan terjadi resonansi system (box dan woofer itu) ... juga tweeter yang diletakkan di satu horn, akan terjadi satu system ... ADA BATAS bawahnya. Misalnya woofer nya punya resonansi 30Hz, tapi di desain di box dengan resonansi 40Hz .. berarti itu aman kalau dijalankan sampai dengan 40Hz. Oke, ini mungkin ngga ada hubungannya dengan xover. Tapi tweeter juga gitu ... tweeter itu sendiri punya resonansi ... kalau di taruh di sebuah horn, belum tentu bisa jadi serendah resonansi driver itu. Itulah patokan utama untuk ngga maksa driver beroperasi sangat rendah. Cara ukurnya? Lihat spec nya dulu .. TS parameter fs ... ini menunjukkan resonansi drivernya. Itu adalah batasan freq sinyal untuk tidak masuk ke driver tersebut. Setelah itu.. kalau udah ada box atau horn .. itu harus di ukur. Ukur impedansinya, dan nanti kelihatan ada bump. Bump/peak impedansi ini biasanya agak lebih tinggi dari fs driver nya. Ini adalah batas bawahnya.

Batas atas woofer .. karena ini 3-way system, ... batasannya adalah break up mode area ... cara ukur nya? lagi2 ini susah aku jabarkan (bakal di buku ku nanti). Ini harus ukur pake impedansi dan freq response dan phase response ... dari 3 pengukuran ini di gabung bisa diketahui break up mode nya dimana kira2. Kalau bisa, LPF nya sebelum break up mode itu. Kalau bisa dicari, biasanya ntar lebih nendang dan polar nya lebih konsisten. Oke, mungkin ini agak susah diterapkan, tapi yang pasti ini ngga ada urusan dengan keamanan driver, jadi kalau pusing, lompati/cuekkin saja.

Nah ... kalau caraku nentukan point freq nya ... dari batas atas dan bawah tiap system komponen (box dan woofer, tweeter dan horn) ... itu harus overlap wilayahnya. Kalau menurut kira2 awal batasannya ngga ada yang overlap (misal woof asik 50Hz - 500Hz, tapi tweet aman di 800Hz - 20000Hz), wah ... itu harus ganti komponen dulu .. mau di apa2in, pasti ngga asik. Kalau di paksa dijadiin, ntar 500-800Hz pasti ada lubang atau ngga enak disitu ... atau mungkin aja on-axis enak, tapi off-axis ngga enak (off axis ini yang biasa ngga di pedulikan.

Kalau saranku, 15"nya sampai 150-200Hz saja ... 8" nya sampai 1-2kHz saja. Ini bicara pengalaman aja untuk speaker dengan sensitifitas tinggi, biasanya itu yang optimal. Pertama ... mute tweeternya ... nyalakan 15"nya ... ukur. Terus nyalakan 8"nya saja, ukur. Terus nyalakan 15" dan 8" nya ... ukur. Kalau 15" dan 8" ada cancellation ... itu berarti harus check polaritas dan time alignment. Kalau posisi driver ngga bisa di ubah, berarti tidak usah pedulikan time alignment, tapi langsung check polaritas, balik dan ukur lagi ... perhatikan nambah apa ngga. Biasanya salah satu pasti ada yang nambah. Gawatnya, kalau 2-2nya nunjukkan cancellation ... >_< ini berarti harus di check di minimum 4 jarak berbeda, misalnya 2m, 4m , 2m offaxis dan 4m off axis dan pastikan cancellationnya masih ada apa ngga. Kalau memang BENAR2 ada ... itu berarti time alignment atau break up mode yang parah. Biasa kalau gini, aku akan mikir xover yang tajem slope nya.

Kalau di ukur 15" dan 8" nya langsung nyatu (mungkin 8" nya di balik polaritasnya atau ngga) ... xover point bisa di kira2 dari pengukuran masing2 driver. Menurut aku pribadi, pemilihan ini diperumit sama masalah polar/dispersi suara speaker ... cuma ini agak panjang untuk di jabarkan.

Nah ... yang terakhir yang benar2 aku sarankan ... sebelum maen2 passive xover, gunakan triamp dulu!!! Cari posisi2 yang enak .. satu channel buat 15" woofer, 1 channel buat 2x 8" nya dan 1 channel buat 3x 1" nya ... dengan voltase yang sama (misalnya 1V) ... ukur perbedaan freq response nominalnya ... dari situ bisa ketahuan ntar di xover butuh kurangi berapa dB untuk driver ini atau driver itu.

ah baru balik ...sorry ngejar janji tadi motong pembicaraan. Yah itulah mas Arie, ... xover itu bukan cuma sekedar membagi "wilayah" freq range tiap driver aja, tapi juga bisa dijadikan alat untuk keamanan/proteksi driver dan lain2. Cuma gini mas, kalau ngga ada alat ukur, duh ... ngga bisa dapetin data2 ini mas. Kalau ada hal spesifik yang mau ditanyakan, silahkan yah ...

Sekedar cerita, ada satu speaker 2way yang akan dijadikan aktif. Tweeternya menurutku dan temenku ideal untuk start di 2000Hz, tapi ada satu orang laen yang ngotot HARUS bisa sampe 1500Hz karena woofernya mulai jelek di 1600-1700Hz. Padahal di test drive aja buat kupingku, tweeternya udah meksa dan bunyinya kerasa ngga enak (distorsi), tapi satu ini yang ngotot ngga peduli. Karena ini proyek dia, ya udah, ngga ada yang peduli ... sampe akhirnya, dalem 2 minggu, dia jebol 2-3 tweeter jauh dari full power nya dan dia pakai 48dB/oct!! Tetep aja jebol kalau kebanyakan terlalu bawah.

Yang terakhir mau aku bilang, gunakan software2 perancang xover. Toh banyak juga kalkulator yang free di internet. Kalau pakai LMS/DSP udah ketemu enaknya gini gitu gini gitu, tinggal masukkin aja ke kalkulator untukd apetin komponen passive xover nya. Ini lebih singkat waktu banyak. Favoritku untuk LMS itu miniDSP. . kecil, mungil, asoy! Asli Hongkong, sampe tak belain order jauh2 karena memang sangat bermanfaat. Dengan ini aku buat xover cuma beli bahan sekali saja dan langsung jadi.

Setting Gain Pada Ampli Power


gain pada power amplifier sebaiknya di set pada posisi 0 dB  "mentok ke kanan", yang artinya semua sinyal input akan diteruskan untuk diamplified (dikuatkan). Perlu diingat pada professional amplifier mentok ke kanan selalu merujuk pada “0” dB. Sangat berbeda dengan mentok pada fader mixer, yang mungkin +12, +15, +18 dB dst. Berbeda juga dengan knob gain di mixer kita, yang kalau di mentokin bisa sampai +40 dB bahkan lebih. 
Ada beberapa alasan mengapa sebaiknya knob gain pada power amp kita diset pada posisi pada 0 dB. Salah satunya adalah yang menyangkut spesifikasi power output si amplifier. Data teknikal yang di keluarkan pabrik selalu bedasarkan posisi knob di 0 dB. Contohnya, bila satu power amp mempunyai spesifikasi 2000 watt per ch @ 4 ohm maka angka 2000 watt @ 4 ohm itu berdasarkan pada posisi nol dB pada knob gainnya. Jadi intinya amp power dapat mengeluarkan watt yang maksimal pada 0dB "Mentok gas"

. Semoga bermanfaat bagi teman semua.